Pendaratan Pesawat tak berawak China di bulan

Kendaraan penjelajah China 'Jade Rabbit' mulai melakukan menjelajah
permukaan Bulan beberapa jam setelah mendarat
di sana (15 Desember 2013
LONDON — Pendaratan misi tak berawak China "Chang'e 3" tanggal 14 Desember 2013 di Bulan, merupakan pendaratan lunak pertama di Bulan selama 37 tahun terakhir. Pesawat antariksa itu membawa kendaraan penjelajah yang dinamakan 'Jade Rabbit' untuk melakukan survei geologi di sana. Ilmuwan yang memprakarsai misi ini, seperti Jia Yang bersemangat menghadapi tantangan yang dihadapi.

Ia mengatakan, "Jade Rabbit sekarang mengarah ke barat, di mana terletak bebatuan menyerupai piramid sekitar 30 meter dari situ. Batu itu tampak khas karena memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan batu-batu lainnya."

Sebelum misi, ilmuwan China menggambarkan bulan sebagai sumber yang berpotensi mengandung bahan mineral.

Namun sekarang, tidak ada pihak yang dapat mengklaim bulan, kata Ian Crawford, Profesor dari Planetary Science pada Birkbeck College University of London.

"Status hukum bulan ditetapkan melalui perjanjian antariksa "Outer Space Treaty 1967", Artikel 2, yang secara khusus melarang negara manapun menguasai bulan," katanya.

Pada 1967, perjanjian itu mengantisipasi bahwa hanya sebuah negara, yang punya kemampuan melaksanakan misi seperti ini. Profesor Crawford mengatakan sudah waktunya Perjanjian itu diperbarui.

Crawford menambahkan, "Dalam beberapa dasawarsa ke depan, eksploitasi ekonomi terhadap bulan akan dimungkinkan secara teknis. Bahkan bila tidak ada mineral yang dapat diperoleh, industri turisme antariksa sedang mengumpulkan momentum, sehingga dapat dibayangkan kegiatan pengangkutan manusia ke bulan sebagai penumpang yang membayar. Hal seperti ini tidak dicakup dalam Perjanjian 1967."

Pendaratan bulan China ini memicu perdebatan terhadap kemungkinan eksploitasi bulan di masa depan. Namun para ilmuwan sepakat bahwa misi ini menandakan dimulainya babak baru yang menggembirakan dalam eksplorasi antariksa.[www.voaindonesia.com]

Wali Nanggroe Minta Pemerintah Daerah Beri Perhatian Khusus Untuk Dayah

Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar meminta pemerintah Aceh dan Pemerintah kabupaten/kota di seluruh Aceh untuk memberikan perhatian besar terhadap dayah-dayah atau pesantren yang ada diseluruh Aceh. Pasalnya dayahlah yang telah membentuk peradaban Aceh yang Islami sejak masa lalu.

Hal demikian dikatakan Wali Nanggroe Aceh pada maulid akbar dan peusijuk Wali Nanggroe Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Minggu (19/01/2014).

Malik menyebutkan di era dahulu dayah tidak saja menjadi pusat pendidikan keagamaan tetapi juga sebagai pusat pengembangan perekonomian rakyat, sosial dan politik, serta ruang bagi masyarakat untuk mengkaji berbagai manuskrip  peradaban  Aceh.

Malik mengatakan dayahlah yang telah mendidik rakyat Aceh pada masa lalu, sehingga mereka menjadi ulama, raja, panglima perang, ahli pertanian, ahli kedokteran bahkan ahli politik sehingga pada abad ke 16 Aceh pernah mengirim seorang duta besar ke Belanda.

“Bagi rakyat Aceh Dayah sangat besar perannya, tidak hanya bidang agama, tetapi juga sosial dan ekonomi, maka karena itu saya berharap pemerintah untuk memberikan perhatian yang sunggung-sunggu kepada daya”ujarnya.

Acara Peusijuk Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar

Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar didampingi Yahya Muaz bersiap  untuk makan hidangan "semulang" dari rombongan Ketua Khasanah Raja Aceh,  T Raja Zulkarnaini, usai acara "peusijuk Wali Nanggroe" dan silaturrahmi  khasanah raja-raja Aceh di Meuligoe Wali, Selasa (14/1). Dalam kegiatan  itu hadir para raja dari Nagan, Raja Daya, Raja Kuala Batee dan para keluarga raja. sumber serambinew.com, berikut foto kegiatan peusijuk