Sultan Sulu Darul Islam Tuntut Hak Atas Sabah
MESKIPUN kelompok penyerang di Lahat Datu Sabah yang disebut Pasukan Kerajaan Kesultanan Sulu setuju untuk keluar dari area tersebut dalam waktu dekat, tetapi berita dari Manila, dilaporkan sebaliknya. Mereka dikatakan tidak akan meninggalkan dan menuntut kembali kawasan itu sebagai wilayah nenek moyang mereka.
Pada minggu lalu, Sultan Jamalul Kiram mengakui, pengikutnya sekitar 400 orang, termasuk 20 pria bersenjata sudah dikepung, menegaskan kepada wartawan di Manila,
"Mengapa kita harus meninggalkan rumah kita sendiri? Bahkan, mereka (rakyat Indonesia) harus membayar sewa (kepada kita),"
"Pengikut kami akan tinggal di (kota Sabah) Samarinda. Tiada siapa yang akan dikirim (balik) ke Filipina. Sabah adalah rumah kami!" katanya.
Jolo Sulu, Darul Islam, 11 Okt. 2012; pertabalan PBMM Sultan Bantilan Muhammad Muizzuddin II Bin Datu Wasik Aranan Puyo di Jolo, Sulu Darul Islam pada 29hb Oktober baru-baru ini berjalan dengan lancar tanpa apa-apa masalah. Dewan diadakan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada malam pertama acara Mandi Diraja yakni bersiram dengan disaksikan oleh para Datu dan Syarif,
Hari kedua pada tanggal 30 diadakan pawai mengusung Sultan Sulu mengelilingi Kota Jolo. Kemudian pada 31 yaitu pada hari ketiga diadakan pula konferensi meja bundar Sultan dengan para Mantirinya dalam Rumah Bichara. Para tamu luar turut hadir diantaranya tamu dari Malaysia, Filipina dan Arab Saudi.
Grup tamu dari Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Front Pembela Islam (FPI) merangkap Mufti Besar SSDI (Sulatanate of Sulu Darul Islam) di Luar Negeri yaitu Datu Paduka Maulana Shar'ie Habib Rizieq Syihab Al-Asy'ari Al-Syafi'i Al- Husseini tidak dapat hadir karena masalah yang tidak dapat dihindari.
Rombongan Mufti Besar dari Indonesia ini kemungkinan akan hadir pada 17 November 2012 sempena hari ulang tahun Kesultanan Sulu sejak 1405, atau mereka datang pada tanggal yang dihitung sesuai buat rombongan Habib dapat menghadap Sultan Bantilan II.
Untuk PBMM Sultan Bantilan II, Meskipun Syeikh Qadiriahnya yaitu Datu Syeikh Dr Umar Vadillo (WIM) tidak dapat hadir karena sedang sibuk mengurus siapkan Dinar Dirham Sulu,
sedikitnya Muftinya dapat hadir bersilaturrahim dengan Tausug Jolo dengan harapan ikatan kekeluargaan para Syarif Indonesia dengan Tausug akan terus terjalin dan dapat berkah dari Ilahi sampai bila-bila.
Ibnu Hasyim bersama Prof Dr Omar Vadillo CEO Kelantan
Golden Trade saat memberi paparan mengenai Dinar Kelantan di Aceh. |
SSDI sangat bersyukur kepada Allah karena mengutus Datu Syaikh Dr Umar Vadillo dan Mufti Besar Datu Habib Rizieq Syihab demi menyemarakkan lagi keinginan Tausug dan Kesultanannya menyempurnakan lagi sistem DARUL ISLAM SULU.
Namun kehadiran Habib Muhammad Tareeq Al-Husseini dari Jeddah Arab Saudi telah berhasil memeriahkan acara Diraja SSDI selama tiga hari itu.
Turut memeriahkan acara adalah kelompok dari Malaysia yang dipimpin oleh seorang Tausug dari Organisasi PEKIDA untuk Putrajaya dan Bali Semarang yaitu Datu Paduka Ayahanda Amran Al-Balangingi '.
Sempena majlis Diraja ini LSM Malaysia yang mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Hari Raya Korban tahun ini adalah Global Peace Mission dan FGN (Future Global Network) melalui SSDI terus ke rakyat Jolo. Dari Filipina pula beberapa individu (tanpa menyebut nama mereka) hadir tidak ketinggalan untuk menyaksikan hari bersejarah itu.
SSDI telah menganjurkan setiap individu atau kelompok yang berada di negara-negara di sekitar Laut Sulu (Filipina, Malaysia dan Indonesia) agar menghentikan fitnah dengan jangan menilai SSDI (Sulatanate of Sulu Darul Islam) sebagai mewakili mereka. Karena beberapa rumor telah sampai ke telinga SSDI bahwa SSDI yang bergerak aktif di Jolo Sulu itu adalah konon dibentuk oleh Malaysia.
Konon lagi gerakan SSDI ini dibuat agar Tausug dapat membawa wilayah Sulu masuk ke dalam Malaysia pula. Satu tuduhan yang melucukan dan tidak masuk akal. Tuduhan seperti ini datang dari pihak-pihak yang menganggap Tausug adalah bodoh, dungu dan tidak martabat serta berkelanjutan bisa diperbodohkan dengan retorika perdamaian palsu (seperti perdamaian MNLF 1996, MILF 2012), sedangkan jelas sekali bukan saja Filipina yang tidak iktiraf Kesultanan Sulu bahkan Malaysia sendiri berusaha jauhkan diri agar tidak dikaitkan dengan Kesultanan Sulu.
Tinggal lagi sebagai sebuah negara demokrasi lebih-lebih lagi Malaysia diperintah oleh umat Islam, mereka memberi sedikit perhatian kepada pihak untuk melestarikan sejarah suku masing-masing.
Hal seperti ini pun turut dilakukan oleh Filipina dengan membiarkan tidak mengganggu setiap kelompok yang menguatkan Kesultanan Sulu.
Menurut Menlu SSDI Datuk Habib Zakaria A. tuduhan tersebut tidaklah dipandang serius oleh SSDI karena hanya dianggap sebagai rumor. Karena kalau benar SSDI dibantu oleh suatu negara seperti Malaysia mereka harus membuktikannya.
Menurut Zakaria lagi, SSDI sebenarnya membuka tangan persahabatan seluas-luasnya kepada semua pihak untuk membantu terlepas Malaysia, Filipina, Indonesia malah Amerika Serikat pun kalau datang bertemu SSDI ia akan diterima sebagai sahabat dan tamu demi kemaslahatan umat Asia Tenggara. - TGM
Apa yang penting, SSDI atau Sulatanate of Sulu Darul Islam mendesak menghentikan fitnah bahwa SSDI yang bergerak aktif di Jolo Sulu itu adalah konon dibentuk oleh Malaysia. Konon lagi gerakan SSDI ini dibuat agar Tausug dapat membawa wilayah Sulu masuk ke dalam Malaysia pula.
Menurut Blog Kesultanan Sulu (asree Sug) itu "Satu tuduhan yang melucukan dan tidak masuk akal. Tuduhan seperti ini datang dari pihak-pihak yang menganggap Tausug adalah bodoh, dungu dan tidak martabat serta berkelanjutan bisa diperbodohkan dengan retorika perdamaian palsu (seperti perdamaian MNLF 1996 , MILF 2012) ..
".. Sedangkan jelas sekali bukan saja Filipina yang tidak iktiraf Kesultanan Sulu bahkan Malaysia sendiri berusaha jauhkan diri agar tidak dikaitkan dengan Kesultanan Sulu.
Menurut asree Sug lagi ..
"Malaysia membutuhkan jalan keluar dari terlibat secara berkelanjutan dengan mengambil langkah alternatif demi keamanan wilayah dan POLITIK dalamnya. Atau terus mendukung MILF-Filipina sehingga mengorbankan kepentingannya sendiri yang selama ini diusahakan" terus tersembunyi "(kasus Kesultanan Sulu). Malaysia memiliki 3 agenda untuk bantu rencana damai Mindanao dengan Filipina,
Pertama karena ingin menyelamatkan karier politik Pemerintah yang semakin terancam oleh partai oposisi terutama dalam kasus RCI (Komisi Kerajaan menyelidiki IC PROYEK / PALSU) di Sabah (analis politik tahu hal ini) harus dilaksanakan oleh Pemerintah Malaysia pada desakan pemilih Sabah dan partai-partai oposisi. Setiap kegagalan bertindak dari pihak Pemerintah menangani migran, maka mereka akan kehilangan suara pada PRU-13 nanti.
Kedua karena RCI itu perlu dukungan dari selatan Filipina, yakni tanpa keamanan di sana, RCI tidak dapat dilaksanakan secara efektif untuk mengusir Muslimin Sulu-Mindanao (PTI) kembali ke tempat asal mereka. Dalam waktu yang sama Muslimin Sulu-Mindanao juga tidak merasa kecil hati jika dihalau karena Malaysia telah membantu amankan Selatan buat mereka. Yakni, sudah mudah menemukan makan di Sulu-Mindanao karena Malaysia telah janjikan dana besar buat FILIPINA UNTUK MEMBANGUNKAN SELATAN.
Ketiga karena tanggungjawab Malaysia terhadap kesejahteraan tetangganya yang bukan saja jiran itu berhak dibantu malah penduduknya adalah saudara seislam, disamping itu juga dapat mailej internasional terhadap bantuan damai tersebut. "
Mungkin itukah delima Malaysia dalam menangani dengan baik apa yang disebutkan masalah atau 'hak' klaim Sultan Sulu Darul Islam pada Sabah? sumber: www.ibnuhasyim.com