Ermiadi Mantan Duta Besar GAM Di Timor Timor


Calon –calon anggota legislator yang diajukan Partai Aceh, adalah orang orang yang giat memperjuangkan rakyat Aceh untuk secepatnya hidup damai.

Salah satunya adalah Ermiadi, “ Saya dulu pernah di angkat menjadi duta besar ASNLF (Aceh Sumatra National Liberation Front) untuk Timor-Timor,” ujar caleg Partai Aceh DPRA NAD DAPIL 5 Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara ini.
Alumni Sekolah tinggi di Universitas Islam Bandung Jurusan Teknik Manajemen Industri, lepasan tahun 1997, aktif di berbagai organisasi mahasiswa, mengangkat isu-isu Aceh tentang tragedy-tragedi kemanusian.

Tidak cukup dengan itu saja, dia juga selalu menghabiskan waktu untuk mendiskusikan masalah Aceh, dari diskusi tersebut, hingga lahir sebuah organisasi yang lumayan terkenal di masa Aceh masih bergolak, dengan aksi mereka di Jakarta.
Ermiadi dan kawan-kawan menamakan dengan KMPAN (Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nusantara) dengan wadah ini ia dan kawan Aceh lain yang saat itu mengeyam pendidikan di Pulau Jawa, konsen menganggkat Pelangaran HAM yang terjadi di Aceh sejak pemberlakuan DOM (Daerah Operasi Militer).


Resiko dari aktivitasnya Ermiadi pun harus menyelinap di tengah tumpukan padatnya penduduk Jakarta, karena aparat keamanan RI ingin menciduknya. ,” Saya dianggap sebagai aktor intelek tual GAM,” Katanya.
Tuduhan yang di lansir aparat keamanan saat itu kepada Alumni SD Negeri Hagu Tengah Tahun 1984 ini, mungkin punya cukup alasan, aktivitasnya melakukan lobi-lobi untuk mempegaruhi kebijakan Jakarta untuk di cabut DOM, menjadi satu alasan. 


Alasan lainnya adalah karena Ermiadi sering bertandang ke Istana Negara untuk menemui Gusdur, yang saat itu sebagai presiden, guna memperjuangkan agar masyarakat Aceh tidak dibatasi dalam menyalurkan aspirasi politiknya. 


Ermiadi juga menjadi salah satu anggota organisasi yang di huni oleh mahasiswa Aceh saat itu, SIRA. Namun perlahan, hidup yang berpindah –pindah karena di buru aparat, iapun menanggalkan status Aktivis Mahasiswa dan bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka. 


Demontrasi untuk membela Aceh terus di gelar. Lambat Laun Bandung dan Jakarta bukan tempat aman lagi bagi Ermiadi, saat itu layaknya gerilyawan GAM yang bertahan di Hutan, sementara Ermiadi menyelinap di antara rumah susun yang rapat di Ibu Kota. ,” Kita orang Aceh mengalami situasi yang sangat sulit waktu itu, tapi kita tetap melakukan sesuatu untuk Rakyat Aceh,” Tambahnya. 


Pandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, berprinsip pada pepatah itu, iapun tidak bertahan lagi di Jakarta dan Bandung, saat itu juga ia hijrah ke Timor Leste, yaitu Negara yang baru mardeka dari Indonesia melalui referendum pada tahun 1998. 


Di negeri Xanana Qusmau dia menjabat sebagai duta besar ASNLF/GAM (Aceh Sumatra National Liberation Front ) untuk Negara kecil itu. Dengan jabatan tersebut dia melakukan kerja –kerja diplomasi, seperti mensosialisasi isu Aceh, melakukan lobi-lobi ke Staff PBB, Uni Eropa, NGO asing dan Pemerintah Timor-Timor untuk memantau situasi Aceh. 


Berbagai perundingan yang di gelar GAM tidak luput dari kontribusinya, untuk menekan agar terlaksananya perundingan sebagaimana di harapkan, ia pun menelpon dan mengirim email kesana kemari, hingga sampai ke kawan-kawannya yang ada di Negara New Zeland dan Australia. Atas geliatnya itu, Ermiadi pernah bekerja untuk Interpeace, dan anggota tim konseling Uni Eropa. 


Jiwa perjuangannya memang sudah tertanam lama, pada usianya baru menanjak sekolah SMP 1 Lhokseumawe, sudah sering ia dengar ceramah tentang Aceh Merdeka serta kerap membaca Sejarah Aceh dan majalah Gerakan Aceh Merdeka, Ketertarikan nya berlanjut hingga tamat sekolah SMA Negeri 1 Lhokseumawe pada tahun 1990. ,” Masa kecil saya sering dengan persoalan GAM, Di usia dewasa saya jadi bagiannya,” Sebut Ermiadi sambil terbahak. 


Tahun 2005, Aceh porak poranda di hantam Tsunami, Ermiadi tidak menunggu lama untuk kembali ke tanah kelahirannya. Sebagai garis koordinasi, aktivis GAM ini melapor ke GAM Pusat. Di Nanggroe, ia tidak duduk diam, tapi terus berdiskusi termasuk dengan Tengku Nasiruddin Bin Ahmed tokoh Gam di Matang Glumpang II Bireuen yang terkenal familiar dan demokratis. Begitu juga dengan kawan-kawan aktivis lain untuk berfikir kepada korban tsunami dan bagaimana mengawal butir-butir MoU Helsinki. 


Salah satunya, Aceh boleh mendirikan partai-partai local, GAM juga mendirikan partai dengan nama Partai Aceh. Berkat pengalaman dan keseriusan menjalankan tugas yang diemban sebelumnya. Pria kelahiran 2 Juni 1971 pun kembali di percaya mengemban Ketua Departemen dan Kelembagaan Partai Aceh tingkat pusat.
Tak ada yang meragukan pengalaman dan jiwa perubahan yang tertanam pada Ermiadi Sang Duta Besar Timor timor ini. Mencalonkan diri sebagai anggota Legilslator Partai Aceh untuk DPRA Propinsi, Patut didukung. Dan “Jangan lupa contreng pada nama Ermiadi Abdurahman, ST” (Peuneugah Aceh)

2 comments:

  1. Bang Ermiadi memang Ureung yang kamoe dukung keu DPRA, tp kamoe lake bak bang ermiadi untuk keu masa ukeu neutuloeng rakyat yang ka bicah nyoe meunyoe jeut ta pike sama-sama ta peusaboh hate bangsa nyoe lage masa dilee.bek na pakee sabee syedara.

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentar nya