Makam era Samudra Pasai di Blang Rheu Aceh Utara

Jirat Teungku Muda atau Batee Raya di Gampong Matang Raya, Baktiya Barat.
Dua batu nisan berukuran besar sangat fenomenal, dan dijadikan lokasi doa
minta hujan oleh masyarakat.sumber atjehpost.com
Ada makam laksamana era Samudra Pasai di Blang Rheu Aceh Utara Warga setempat mengatakan Raja Tampok yang dalam hikayat merupakan ayah dari Malim Diwa, itu adalah seorang panglima perang laut.

TIM Central Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) menemukan 426 batu nisan tersebar di 50 lokasi pemakaman berasal dari zaman Samudra Pasai, di Kemukiman Buah, Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara.

Wakil Ketua Cisah, Sukarna Putra mengatakan hasil analisis keletakan kompleks-kompleks makam itu juga menampakkan bahwa permukiman-permukiman di kawasan tersebut telah dibangun dalam formasi yang membentuk pertahanan militer.

“Tidak mustahil, di kawasan ini dulunya tinggal laksamana-laksamana laut yang hebat dari zaman Samudra Pasai,” ujar Sukarna Putra yang juga Ketua Tim Survey Tinggalan Sejarah di Kemukiman Buah, Baktiya Barat kepada ATJEHPOSTcom, Senin, 8 Juli 2013.

Analisis keletakan makam-makam tersebut, Sukarna menyebutkan, juga mengungkapkan adanya tiga lokasi yang penting dan fenomenal. Pertama, di Blang Rheu, lokasi Jrat (Makam) Teungku di Ramo, diperkirakan tinggal penguasa yang mengendalikan daerah meliputi Paya Bateung, Lhok Incin dan Blang Rheu.

Menurut cerita Tgk. Kartimin (52), warga Blang Rheu pemilik lahan Jrat Teungku di Ramo, kata Sukarna, di tempat tersebut dimakamkan ayah dari Raja Tampok yang terkenal dalam Hikayat Teungku Malem Diwa.

Sukarna menambahkan, tempat penting kedua adalah lokasi makam yang dikenal masyarakat umum sebagai Jrat Raja Tampok di Meurandeh Paya. Sama seperti Jrat Teungku di Ramo, Jrat Raja Tampok berada di atas sebuah bukit kecil atau gundukan tanah setinggi kira-kira lima meter dikelilingi parit bekas galian tanah yang ditimbun menjadi bukit kecil tersebut.

“Model batu nisan di pemakaman ini rata-rata merupakan model yang dikenal dengan nisan khas milik para pelaut. Tapi tidak ada inskripsi yang menjelaskan nama-nama orang yang telah dikuburkan di situ,” ujarnya.

Sufyan, warga setempat yang menemani tim Cisah dalam kegiatan survey ini mengatakan bahwa Raja Tampok, yang dalam hikayat merupakan ayah dari Malim Diwa, itu adalah seorang panglima perang laut.

“Di lokasi pemakaman ini tampaknya dimakamkan penguasa yang mengontrol kawasan yang meliputi selatan Blang Rheu, dekat Alue Paya, dan Meurandeh Paya sampai dengan Alue Pageu di selatannya,” ujar Sukarna.

Sementara lokasi ketiga ialah di Matang Paya. Lokasi pemakaman ini, kata Sukarna, disebut masyarakat setempat dengan Jrat Teungku di Bayu. Ada dua makam dengan batu nisan-batu nisan yang berinskripsi di pemakaman ini.

“Dua makam ini milik kedua putera seorang yang bernama Fikrusyah. Keduanya tokoh penting atau bahkan penguasa di kawasan tersebut sekitar penghujung abad ke-15 atau permulaan abad ke-16 Masehi,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, tim Cisah menemukan 50 lokasi makam saat melakukan survey tinggalan sejarah zaman Samudra Pasai pada 30 Juni-3 Juli lalu. Lokasi-lokasi makam tersebut berada di enam desa dalam Kemukiman Buah, Kecamatan Baktiya Barat, yaitu Paya Bateung, Lhok Incin, Blang Rheu, Meurandeh Paya, Meunasah Pante dan Paya Matang.[]
Sumber http://atjehpost.com/

1 comment:

  1. maaf sebelum nya.......makam tgk diramoe itu berkaitan dengan makam tgk di nira yang berada sebelah udara tepatnya di perbatasan desa blang rheu dengan desa lhok eucin....

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentar nya