PADUKA YANG MULIA WALI NANGGROE TEUNGKU MUHAMMAD HASAN DI TIRO BALIK KE SWEDIA



> Irwandi Sopiri Hasan Tiro ke Bandara
> Percepat Keadilan dan Kesejahteraan

Kuta Raja, Kepala Pemerintah Aceh Irwandi Yusuf dipercaya oleh tiga serangkai ..Dr Hasan Tiro, Malik Mahmud, dan dr Zaini Abdullah.. mengemudikan mobil yang membawa mereka dari Kota Banda Aceh ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) di Blangbintang, Aceh Besar, Minggu (26/10) sore. Dari Bandara SIM, rombongan bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk seterusnya kembali ke Swedia. Hasan Tiro yang diantar ratusan pendukungnya terbang bersama rombongan sekitar pukul 17.00 WIB kemarin dari Bandara SIM naik Air Asia jenis Air Bus dengan nomor pesawat 9M-AFL.

Kembalinya Hasan Tiro ke Norsborg, Swedia, setelah melakukan serangkaian kegiatan di Aceh sejak 11 Oktober lalu. Seperti biasa, tokoh yang di kalangan GAM dijuluki “Wali” itu didampingi sejumlah mantan petinggi GAM, antara lain, Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Syarif Usman, Muzakkir Abdul Hamid, Abu Razak, Muzakkir Manaf, Ibrahim KBS, dan sejumlah petinggi GAM/KPA lainnya.

Dalam rombongan juga terdapat Dr Ahmad Humam Hamid (mantan calon Kepala Pemerintah Aceh besutan GAM) serta Teuku Kamaruzzaman SH (Ampon Man), wakil GAM di BRR NAD-Nias.

Berdasarkan amatan Serambi, mobil jenis Land Rover yang membawa Hasan Tiro ke bandara ternyata disopiri Kepala Pemerintah Aceh Aceh, Irwandi Yusuf, yang diikuti oleh mobil pengawal Hasan Tiro. Namun, petugas bandara hanya mengizinkan para pengawal dan pengiring berada pada garis pembatas yang hanya sekira sepuluh meter dari tempat pesawat diparkir.

Sementara itu, ketika Hasan Tiro masih berada di ruang keberangkatan VIP, ia menerima sejumlah tamu. Di antaranya Pimpinan Muslim Aid Indonesia, Fadhlullah Wilmot.

Beberapa sumber menyebutkan, sehari setelah berada di Kuala Lumpur, pada 27 Oktober 2008, Hasan Tiro bersama petinggi GAM lainnya akan bertolak menuju ke Stockhlom, Swedia, negara tempat dia mengasingkan diri selama hampir 30 tahun terakhir. Rombongan akan mendarat di Bandara International Arlanda, Swedia, setelah menempuh perjalanan sekitar 12 jam.

Seperti diketahui, Hasan Tiro bersama petinggi GAM lainnya tiba di Aceh 11 Oktober 2008. Selama di Aceh pendiri GAM yang selama ini hidup berpindah dari Amerika Serikat, Libya, dan terakhir di Swedia itu pulang ke kampung halamannya untuk bersilaturahmi dengan masyarakat Aceh dan bertemu dengan keluarganya di Tiro.

Dalam dua hari terakhir, Hasan Tiro berada di Jakarta, untuk bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah tokoh serta komunitas Aceh di Jakarta. Dari Jakarta, Hasan Tiro dan rombongan kembali ke Banda Aceh, dan kemarin sore meninggalkan Aceh.

Percepat kesejahteraan

Sesaat sebelum meninggalkan tanah leluhurnya untuk kembali ke Stocklhom, Swedia, Hasan Tiro menukilkan pesan dan kesan dengan harapan agar perdamaian dapat dilanjutkan, sedangkan keadilan dan kesejahteraan, serta penegakan martabat rakyat segera dipercepat.

Demikian pernyataan tertulis Hasan Tiro yang diedarkan Komite Peralihan Aceh (KPA) ..sponsor kepulangan Hasan Tiro.. kepada wartawan, sesaat sebelum ia meninggalkan Aceh, melalui Bandara SIM Aceh Besar, sekitar pukul 16.30 WIB, Minggu (26/10).

“Ini telah menjadi kepulangan yang sangat bersejarah bagi saya pribadi, juga saya harapkan untuk seluruh rakyat Aceh. Dari lubuk hati saya yang dalam, saya mohon maaf kepada masyarakat dan wilayah-wilayah di Aceh yang belum sempat saya kunjungi, karena waktu jualah yang membatasi,” tulis Hasan Tiro.

Perdamaian Aceh, menurut Hasan Tiro, relatif berjalan secara benar dan baik, dan tentunya itu semua terjadi atas kerja keras dari semua pihak, Pemerintah Indonesia, Gerakan Aceh Merdeka, masyarakat sipil Aceh, dan teman-teman masyarakat internasional.

“Saya ingin menganjurkan kepada semua kita untuk mempertahankan dan bahkan memperkuat lagi kerja perdamaian kita ke depan, terutama dengan membangun komunikasi yang intensif dan melaksanakan amanat MoU Helsinki secara konsekuen.”

Ia melanjutkan, betapapun optimisnya hati dan perasaan kita, MoU Helsinki hanyalah sebuah gerbang awal dari sebuah perjalanan panjang perdamaian yang akan kita tempuh bersama. “Pekerjaan besar perdamaian baru saja kita mulai, dan bahkan ada yang belum kita mulai. Tidaklah salah kalau saya mengatakan bahwa seringkali mewujudkan perdamaian jauh lebih menantang dan sulit dari menandatangani persetujuan damai itu sendiri,” kata Hasan Tiro seraya menambahkan, namun pada saat yang sama, kita semua juga meyakini bahwa kekuatan dari sebuah keyakinan akan dapat mengalahkan berbagai tantangan, termasuk di dalamnya tantangan perdamaian.

Hasan Tiro juga mengingatkan, pekerjaan besar rakyat dan Pemerintah Aceh saat ini dan ke depan adalah bagaimana menempatkan keamanan manusia sebagai prioritas utama.

Ia pun berharap, gagasan pembangunan jangka pendek, menengah, dan panjang harus selalu dimulai dengan pertanyaan “apa dan berapa besar potensi sumbangannya terhadap proses perdamaian yang sedang berlanjut.”

Dalam konteks keamanan manusia, kata Hasan Tiro, pembangunan yang dilaksanakan di Aceh, idealnya berkorelasi dengan angka kriminal. Kekerasan yang rendah, penyakit menular yang terkontrol dengan baik, angka kematian bayi dan ibu melahirkan semakin rendah, pendidikan merata dan berkualitas, angka pengangguran dan kemiskinan yang terus mengecil, semakin berperannya wanita dalam berbagai aspek kehidupan, terpenuhinya prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan, dan terjaminnya berbagai kebebasan yang diakui dalam konvenan hak-hak asasi manusia.

“Hanya dengan cara inilah masyarakat Aceh sepcepatnya akan dapat hidup dalam suasana adil, sejahtera, dan bermartabat,” tukas doktor jebolan Columbia University, USA, itu. (yuh)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentar nya