Rakyat Aceh Harus Ingat Sejarah


Pesan Hasan Tiro dari Selangor, Malaysia:
Rakyat Aceh Harus Ingat Sejarah
* Komit Jaga Perdamain


Harian Serambi Indonesia tanggal 6 Oktober 2008


SELANGOR – Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Dr Tgk Hasan Muhammad Ditiro, nyaris meneteskan air mata saat menyampaikan pesan-pesan khusus kepada rakyat Aceh, saat menerima Serambi dan dua wartawan asal Aceh, di Selangor Darul Ehsan, Malaysia, Minggu (5/10). Wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, dari Selangor, Malaysia, tadi malam melaporkan, dengan suara terbata-bata, Tgk Hasan M Ditiro yang di kalangan GAM lebih sering disapa Wali, meminta kepada seluruh rakyat Aceh untuk senantiasa ingat tentang sejarah perjuangan sehingga tercapainya perjanjian damai (MoU), Helsinki yang didukung oleh bangsa-bangsa Uni Eropa dan dunia.


Suaranya sempat terhenti beberapa saat setelah mengucapkan Assalamulaikum. “Rakyat Aceh mesti tahu sejarah, sebab tanpa perjuangan tersebut, tidak akan mungkin bagi kita bisa membina hubungan dengan negara-negara lain, seperti yang terjadi sekarang ini, I told to you in Acehness,” ujar Tgk Hasan Tiro dalam bahasa Aceh bercampur Inggris sambil tertawa, setelah sebelumnya menanyakan apakah kami bertiga datang langsung dari Aceh.

Dengan mata berkaca-kaca dan nyaris terisak, Wali melanjutkan pernyataannya, “So... He had done anything that happened. People in Papua.... lebih banyak yang mereka usaha sekarang bahwa berjuang itu penting sekali. Saya dengar orang Aceh banyak sekali di Jakarta sekarang memperjuangkan kepentingan Aceh. Dan, semua orang... semuanya mau seperti...”

Tgk Hasan Tiro yang berbicara dalam bahasa Inggris bercampur Melayu kembali terhenti. “Semuanya ingin seperti yang terjadi di Aceh,” timpal seorang yang hadir dalam pertemuan tersebut. “Ya....” ujar Tgk Hasan Tiro menyambung pernyataan tersebut. “Thank you, thank you,” kata Wali sambil menutup pembicaraan.

Mengumbar senyum

Dalam pertemuan yang berlangsung selama 25 menit, mulai pukul 17.11 sampai 17.36 waktu Malaysia (16.11-16.36 WIB), Wali kerap mengumbar senyum. Sesekali ia juga terlihat sesekali bercanda dan tertawa lebar dengan orang-orang yang hadir dalam pertemuan yang berlangsung dalam suasana cukup familiar tersebut.

Pada pertemuan berlangsung di salah satu hotel dalam wilayah Selangor DE Malaysia itu, Wali didampingi oleh mantan Menteri Luar Negeri GAM dr Zaini Abdullah, pembantu khusus Muzakkir Abdul Hamid, Syarif Usman, Juru Bicara KPA Pusat Ibrahim bin Syamsuddin (KBS), serta tujuh mantan kombatan GAM eks Libya yang bertindak sebagai pengawal.

Tgk Hasan Ditiro terlihat masih cukup bugar di usianya yang sudah menginjak kepala delapan (83 tahun). Wali yang tampil rapi dengan balutan jas hitam dipadu dasi warna maron keluar dari ruangan kamarnya tanpa harus dituntun atau dipapah oleh orang lain.

Sementara itu, Dr Zaini Abdullah yang mendampingi Wali mengulas panjang lebar tentang perjuangan panjang GAM yang sudah berusia sekitar 30 tahun sejak 4 Desember 1976 hingga tercapainya perjanjian damai Helsinki 15 Agustus 2005, yang difasilitasi CMI, serta didukung oleh negara-negara Uni Eropa, Asean, serta negara-negara lainnya.

“Bencana tsunami yang membuat sekitar 250 rakyat Aceh menjadi syuhada, seakan menjadi sebuah tanda agar kita kembali merajut perdamaian yang sudah diprakarsai oleh GAM dengan Pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun sebelumnya,” kata Zaini Abdullah.

Dikatakannya, dengan adanya perdamaian ini rakyat Aceh sudah merajut kembali kehidupan baru dalam suasana damai untuk mencapai kesejahteraan. “Perdamaian ini mesti kita jaga, seperti ibarat bunga yang sentiasa harus kita siram, oleh kedua pihak. Yang paling utama adalah orang Aceh harus memelihara perdamaian ini, tapi jangan sampai kita melewati batas sehingga menjadi takabur,” katanya.

Zaini Abdullah juga mengingatkan agar seluruh rakyat Aceh, terutama para mantan kombatan GAM, agar selalu mengutamakan kepentingan rakyat banyak dalam kehidupan sehari-hari. “Jangan sampai mengutamakan kepentingan pribadi, apalagi sampai terlibat dalam kasus-kasus kriminalitas sehingga bisa mengganggu perdamaian. Jadi kita semua harus bisa menjaga diri dan memelihara perdamaian agar abadi, sehingga cita-cita kita akan tercapai,” katanya dan terlihat Tgk Hasan Tiro mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda mengiyakannya.

Nyaris putus asa

Pertemuan Serambi bersama dua wartawan dari Aceh lainnya masing-masing Murizal Hamzah dari The Globle Journal dan Yuswardi A Suud dari Acehkini, adalah buah perjuangan keras selama dua hari setelah kami tiba di Malaysia pada, Sabtu (4/10) sore. “Harapan kami untuk berjumpa langsung dengan Tgk Hasan Ditiro nyaris pupus ketika kami memperoleh kabar bahwa Wali tidak diagendakan untuk melakukan pertemuan terbuka dengan masyarakat Aceh di Malaysia,” lapor wartawan Serambi, Zainal Arifin M Nur.

Bahkan, pada Sabtu malam kami sampai berputar-putar selama beberapa jam untuk mencari tempat penginapan Wali bersama rombongannya dari Swedia. Harapan untuk bertemu orang yang paling dicari oleh rombongan Pansus Wali Nanggroe DPRA dua lalu kembali terbuka ketika kami berhasil menemukan hotel tempat rombongan tersebut menginap.

Namun kegembiraan kami hanya berlangsung sesaat. Setelah menunggu hingga pukul 01.00 Minggu dini hari, kami tetap tidak berhasil melihat Wali. Karena informasi yang simpang siur, kami akhirnya memutuskan untuk istirahat karena kecapaian guna menyimpan stamina untuk keesokan harinya. Kondisi yang sama juga kembali terjadi ketika kami menunggu kedatangan Wali di restoran hotel pada pagi harinya. Di sini, kami hanya berjumpa dengan dr Zaini Abdullah dan Meuntroe Amir Mahmud (abang kandung Malik Mahmud), serta Syarif Usman, dan beberapa petinggi GAM lainnya.

Belakangan informasi yang kami peroleh, ternyata Wali tidak menginap di hotel tersebut. Kami pun nyaris putus asa untuk mendeteksi keberadaan Wali. Juru Bicara KPA Pusat, Ibrahim bin Syamsuddin (KBS) dan pembantu khusus Wali, Muzakkir A Hamid, serta beberapa petinggi GAM lainnya seakan menyimpan rapat agenda wali. “Beliau tidak ada agenda khusus selama di Malaysia, cuma mau bertemu dan bersilaturrahmi dengan rekan-rekan yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa,” ujar Muzakkir.

Namun, kami tidak putus asa, hingga tiba-tiba satu kabar yang ditunggu-tunggu datang dari Ibrahim KBS. “Nanti jam lima anda bertiga sudah diagendakan bertemu dengan Paduka Yang Mulia,” ujar KBS tanpa memberikan alamat pertemuan.

“Kerja keras kami akhirnya membuahkan hasil ketika kami dijemput masuk ke sebuah hotel di kawasan Selangor, hingga pertemuan mengesankan tersebut pun berlangsung,” sebut Wartawan Serambi, Zainal Arifin M Nur, mengakhiri laporannya.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentar nya